Yang dimaksudkan dengan pluralisme agama adalah fahaman yang menyamakan semua agama . fahaman ini lahir akibat daripada proses sekularisme dan sekularisasi masyarakat Barat.
Secara ringkas terdapat empat aliran pemikiran pluralism agama yang berkembang sekarang ini
1. Civil Religion
2. Global theology
3. Transcendent Unity of Religions
4. Syncretism[1]
Dua yang pertama lahir di Barat akibat fahaman sekularisme dan dua yang terakhir merupakan reaksi terhadap sekularisme.
Penulisan kali ini tidaklah menfokuskan maksud Pluralisme atau mahu membahas apakah yang sebenarnya fahaman ini dan ia berasal daripada mana.Ini kerana perbahasan seperti ini telah banyak didedahkan oleh mereka yang mengkaji sebagai contoh di dalam buku Dr Ugi Suharto yang bertajuk “ Pemikiran Islam Liberal Perbahasan Isu-Isu Sentral “ dan buku-buku lain.
Fokus kali ini adalah untuk menolak fahaman ini berdasarkan dalil Al-Quran Dan Hadith nabi saw. Ini kerana fahaman ini jelas bercanggah dengan Islam dan tidak wujud sekali –kali di dalam ajaran Islam. Fahaman ini lebih menekankan kesatuan agama terutama Agama Islam, Kristien, Yahudi dan agama-agama lain.
Fahaman ini lebih jelas apabila adanya anjuran untuk membina Masjid, Gereja dan Ma’bad pada tempat yang sama terutama di kampus, di lapangan terbang dan ditempat awam. Di Indonisia anjuran untuk membina kuil hindu, gereja, tok kong dan masjid di tempat yang sama. Di Indonisia sudah banyak dilakukan tetapi di Malaysia saya tidak pernah lihat wallahu a’lam, tetapi kita harap ianya tidak akan akan berlaku sekali-kali.
Fahaman ini juga menganjurkan untuk mencetak Al-Quran, Injil, dan Taurat menjadi sebuah kitab yang satu kulit. Bagi menolak fahaman ini saya mendatangkan dalil Al-Quran dan Hadith Nabi saw bagi membuktikan ia adalah jelas bercanggah dengan akidah Muslim .
Penulisan kali ini juga menfokuskan Islam, Yahudi , Kristien dan Ahli Kitab bagi membuang kesamaran antara pluralisme agama samawi. Adapun agama –agama lain ia jelas dan terang merupakan agama rekaan dan menyengutukan Allah swt. Oleh demikian saya mendatangkan beberapa hujjah untuk menolaknya.
1. Di dalam pengajian akidah Islam kita panggil “ المعلومة من الدين بالضرورة “ yang mana sepakat umat Islam bahawa Islam adalah agama yang paling benar, agama yang terakhir dan dibatalkan semua agama yang sebelumnya daripada agama-agama, syariat-syariat dan ajaran-ajaran lain. Serta tidak tinggal lagi agama yang lain yang boleh membuat ibadat kepada Allah swt selain daripada Islam. Firman Allah swt :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.( Ali-Imran : 85 )
2. Dasar akidah Islam, Al-Quran adalah kitab yang terakhir yang diturunkan oleh Allah swt tuhan sekalian alam. Dan telah dibatalkan segala kitab-kitab yang lain yang diturunkan sebelumnya seperti zabur, taurat , injil dan lain-lain. Tidak ada kitab yang diturunkan selain Al-Quran yang dapat mendekatkan kita dengan Allah swt selainya. Firman Allah swt :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ
بِمَا أَنْزَلَ اللهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (Al Maa'idah : 48 )
3. Wajib beriman bahawa kitab taurat dan injil sudah dinaskhkan dengan Al-Quran. Kedua-duanya sudah di selewingkan dan diubah dengan penambahan dan pengurangan, sepertimana al-Quran telah menerangkan perkara tersebut Firman Allah swt :
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا
مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ.
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya[1 ], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat). ( Al Maa'idah : 13 )
[ 1 ]. Maksudnya: merobah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ
مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ .
Maka kecelakaan yAng besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (Al Baqarah : 79 )
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (Ali 'Imran : 78 )
Hadith Nabi Saw :
أفيَّ شك أنت يا ابن الخطاب! ألم آت بها بيضاء نقية؟ لو كان أخي موسى حيا ما وسعه إلا اتباعي– رواه أحمد والدارمي وغيرهما
“Apakah ada keraguan pada dirimu tentang aku, wahai (Umar) Ibnul Khatthab! Bukankah aku telah mendatangkannya dalam keadaan putih bersih? Seandainya saudaraku (nabi) Musa sekarang ini masih hidup, niscaya tidak ada keleluasaan baginya selain mengikutiku.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ad Darimi dan lainnya)
4. Dasar akidah Islam juga mempercayai bahwa nabi Muhammad saw adalah penyudah segala Nabi dan Rasul, firman Allah :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Ahzab : 40 )
Tidaklah kekal kewajiban untuk mengikut Rasul yang lain selain Nabi Muhammad saw . Kalaulah sekiranya ada Nabi yang masih hidup buat masa sekarang tidaklah sah kecuali dia perlu mengikut nabi Muhammad saw, firman Allah swt :
وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ
Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya"[1]. Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui." Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu." (Ali 'Imran : 81 )
[1]. Para nabi berjanji kepada Allah s.w.t. bahwa bilamana datang seorang Rasul bernama Muhammad mereka akan iman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian nabi-nabi ini mengikat pula para ummatnya.
Dasar akidah Islam juga percaya bahawa kebangkitan Nabi Muhammad saw adalah untuk umat akhir zaman semua sekali firman Allah swt ;
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba' : 28 )
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua (Al A'raaf : 158 )
5. Akidah Islam juga mewajibkan kepada kita untuk percaya bahawa kafir setiap mereka yang tidak memeluk Islam dari kalangan Yahudi, Nasrani dan Selain keduanya. Bahawa mereka adalah musuh bagi Allah, Rasul dan Orang –orang yang beriman. Mereka juga adalah ahli neraka firman Allah swt ;
لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ
Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (Al Bayyinah : 1 )
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk (Al Bayyinah : 6 )
Telah sabit di dalam sahih muslim bahawa nabi saw bersabda ;
وثبت في " صحيح مسلم " : أن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال : والذي نفسي بيده لا يسمع بي أحد من هذه الأمة ، يهودي ولا نصراني ، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أهل النار.
“Demi Zat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, tidaklah ada seorang pun dari umat ini yang mendengar tentangku, baik Yahudi atau Nasrani, kemudian ia meninggal sedangkan ia tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, melainkan ia akan menjadi penghuni neraka.”
ولهذا : فمن لم يكفر اليهود والنصارى فهو كافر ، طردًا لقاعدة الشريعة :
من لم يكفر الكافر فهو كافر
.
Oleh karena itu, barang siapa yang enggan untuk menganggap kafir orang Yahudi atau Nasrani, maka ia telah kafir, ini sebagai penerapan terhadap kaidah: “Barang siapa yang tidak menganggap kafir orang kafir, maka ia sendiri telah kafir”.
Bersambung………….
oleh : Ahmad Syahin Bin Mohd Amin