- gambar hiasan
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu dengan kebijaksanaan, dan dengan nasihat yang baik; dan berdebatlah dengan mereka, dengan cara yang paling baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui, siapa yang sesat dan jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui, siapa yang mengikuti petunjuk” (Surah An-Nahl: ayat 125)
Ibnu Katsir menafsirkan Ayat ini dengan katanya: ‘Maksudnya, siapa yang perlu mengadakan perbincangan dan perdebatan, maka hendaklah ia lakukannya dengan cara yang baik, lemah lembut dan mengucapkan kata-kata yang halus. Dalam Surah Ali ‘Imran, Al-Qur’an menunjukkan manfa’at dari sikap lemah lembut itu, dalam usaha untuk menarik minat masyarakat yang diserunya Allah Subhanahu Wata ‘ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka sesungguhnya hanya dengan rahmat Allah, engkau dapat bersikap lemah lembut kepada mereka. Dan kalau sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati keras tentulah mereka akan lari dari sekelilingmu....” (Surah Ali ‘Imran: ayat 159)
Sehubungan dengan tafsir ayat ini, ‘Abdullah Ibn ‘Umar berkata: “Sesungguhnya saya melihat sifat Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam ini dalam Kitab-kitab terdahulu. Di sana termaktub: “Dia bukanlah orang yang kasar kata-katanya dan juga tidak keras hatinya dan tidak mau ribut di pasarpasar. Dan Ia tidak mahu membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi ia suka memaafkan dan melupakan kesalahan orang.”
Dalam riwayat hidup Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam kita dapati contoh-contoh peristiwa yang merupakan cara yang jelas, bagaimana Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam melaksanakan da’wah dengan lemah lembut. Abu Umamah menceritakan: Pada suatu hari, ada seorang anak muda datang mengadap Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam sambil berkata:
“Wahai Rasulullah, apakah Rasulullah mengizinkan saya berzina?”
Mendengar pertanyaannya itu, orang ramai lalu marah kepadanya. Tetapi, Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
“Kamu sekalian, dekatkanlah dia! Marilah, dekatlah engkau ke mari!’’
Anak muda itu mendekat, sehingga ia duduk di hadapan dengan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam, lalu Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya kepadanya:
Apakah engkau suka, kalau orang berzina dengan ibumu...”
Anak muda itu menjawab:
“Tidak semoga Allah menjadikan aku penebus Rasulullah.”
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya lagi:
“Demikian juga orang lain tidak senang kalau orang berzina dengan ibumu. Lalu, apa engkau suka, kalau orang berzina dengan anak perempuan mu?”
Anak muda itu menjawab:
“Tidak semoga Allah menjadikan aku penebus Rasulullah.”
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda lagi:
“Demikian juga, orang lain tidak suka kalau orang berzina anak perempuannya. Lalu, apakah engkau suka, kalau orang berzina dengan saudara perempuanmu?”
Selanjutnya, Ibnu ‘Auf menjelaskan, bahawa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam menyebutkan lagi satu per satu, saudara perempuan dari Ayah, saudara perempuan dari ibu... sedang anak muda itu menjawab tiap-tiap pertanyaan Rasulullah dengan:
“Tidak! Semoga Allah menjadikan aku penebus Rasulullah.”
Akhirnya Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam meletakkan tangan baginda ke dada anak muda itu, dan baginda berdoa:
“Ya Allah, bersihkanlah hatinya dan ampunilah dosanya, dan peliharalah
kehormatannya.”
Semenjak peristiwa itu tidak ada sesuatu yang dibenci oleh anak muda itu selain dan zina. (Hadith Riwayat Ahmad).
Rujukan : Bagaimana Kita Menyeru Kepada Islam
Fathi Yakan, MS 41
Selain itu Kebijaksanaan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam juga ialah berusaha menggerakkan jiwa orang yang diserunya secara tidak langsung. Misalnya cara baginda menarik perhatian orang kepada Islam, dan membimbing orang itu ke jalan yang benar, pada waktu seorang lelaki datang lalu mengatakan ia mahu masuk Islam, tetapi merasa berat untuk mengamalkan ajaran-ajarannya yang banyak. Maka Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
هل تعاهدنى على ترك الكذب
“Maukah engkau berjanji dengan saya untuk meninggalkan berdusta?”
Orang itu mengira, tentu ringan sekali, ia diperintahkan meninggalkan satu dosa saja, iaitu berdusta. Orang itu bersedia dan lalu masuk Islam. Tetapi kemudian setiap ia teringat akan mengerjakan sesuatu perbuatan yang tidak baik, ia selalu teringat akan janjinya. Ia merasa, bahawa besok atau lusa, kalau bertemu dengan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam maka ia mesti mengakui perbuatannya di hadapan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam dan tidak boleh berdusta. Ia merasa segan dan malu, lalu tidak jadi mengerjakan pekerjaan yang tidak baik itu...! Demikian, akhirnya ia betul-betul menjadi orang baik...!.
Rujukan : Bagaimana Kita Menyeru Kepada Islam, Fathi Yakan, MS 27..
Oleh : ahmad_syahin@yahoo.com
No comments:
Post a Comment